Dagun Pratiwi1 Yayi Prabandari2,3 Bagas Bintoro2,3*
1Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
2Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
3Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
*Corresponding email: Bagas Bintoro. Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Gedung S2 IKM Lantai 3 Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281. Email: bagas.suryo.b@ugm.ac.id
ABSTRAK
Latar belakang: Peningkatan masalah kesehatan yang ditimbulkan karena aktivitas merokok berdampak pada kualitas hidup remaja. Remaja perokok memiliki kualitas hidup lebih buruk yang dapat memengaruhi produktivitas, terutama dalam menjalani masa pendidikan. Penggunaan tembakau pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya seperti paparan media, akses dan ketersediaan produk tembakau, serta paparan aktivitas merokok dari lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh pada perilaku konsumsi tembakau pada remaja, dimulai dari bagaimana mereka mempersepsikan tembakau.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi paparan media dengan persepsi bahaya dan manfaat penggunaan tembakau pada remaja di Indonesia.
Metode: Analisis regresi logistik dilakukan pada data Global Youth Tobacco Survey Indonesia (GYTS) Indonesia tahun 2019 pada 5.043 remaja berusia 13-15 tahun, dengan desain cross-sectional study, untuk memprediksi hubungan antara paparan media pro rokok dan anti rokok terhadap persepsi bahaya dan manfaat penggunaan tembakau pada remaja di Indonesia.
Hasil: Paparan media pro rokok menunjukkan hasil yang signifikan terhadap persepsi bahaya [OR=0,96; 95% CI (0,35 – 1,58)] dan persepsi manfaat [OR=0,30; 95% CI (0,08 – 0,52)] penggunaan tembakau pada remaja. Selain itu, signifikansi juga ditemukan pada hubungan antara media anti rokok dengan persepsi bahaya [OR=0,88; 95% CI (0,28 – 1,48)] dan persepsi manfaat [OR= -0,21; 95% CI (-0,39 – -0,02)] terhadap penggunaan tembakau pada remaja.
Kesimpulan: Media pro rokok dan anti rokok berhubungan dengan persepsi bahaya dan manfaat penggunaan tembakau pada remaja. Penegakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), termasuk membatasi paparan media dan akses remaja pada produk tembakau perlu diperkuat.
Kata kunci: Tembakau; media; persepsi bahaya; persepsi manfaat; remaja